Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., “PERTANIAN MASA DEPAN, KECIL TAPI CERDAS” SISTEM INOVASI PERTANIAN, KUNCI KEMAJUAN EKONOMI BANGSA

Magelang  – (25/5) Fakultas Pertanian Universitas Tidar mengadakan kuliah umum dengan tema Sistem Inovasi Pertanian, Kunci Kemajuan Ekonomi Bangsa.  Kuliah umum yang dilakukan di Kampus Terpadu Sidotopo ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. yang merupakan ketua umum perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI).

Kegiatan yg dihadiri 12 Dosen Agroteknologi dan 79 mahasiswa Agroteknologi semester 4 ini dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Joko Sutrisno, M.P. Bapak Joko berharap dalam sambutannya dengan kegiatan ini bisa meningkatkan nilai akreditasi prodi pertanian yang tadi baik menjadi baik sekali yang sudah baik sekali bisa berubah menjadi unggul. Saat ini Fakultas memiliki 3 prodi yaitu peternakan, perikanan dan agrteknologi. Tahun ajaran baru nanti ada penambahan 3 prodi baru yaitu Gizi, Teknologi Pangan dan Agribisnis.

 

Narasumber kuliah umum adalah seorang dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang sangat mumpuni dalam bidang yang sesuai dengan tema yang dibahas. Tujuan dari kegiatan Kuliah Umum adalah agar para sivitas akademika memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam integrasi ilmu antara ilmu pengetahuan dengan teknologi terkini. Kuliah Umum yang telah berlangsung diharapkan juga dapat menjadi lahan ide bagi mahasiswa-mahasiswa yang sedang mempersiapkan skripsi atau penelitian lain, sehingga semakin memotivasi mereka untuk belajar. Kegiatan inti yang disusun berbasis tatap muka dan diskusi dua arah antara narasumber dan peserta dengan tujuan agar terjalin komunikasi yang lebih mendalam.

Pemaparan materi diawali dengan pembahasan pertumbuhan pertanian rendah sehingga tidak bisa menjadi pendobrak ekonomi. Ekonomi Indonesia 2022 tumbuh 5.31%, cukup baik dibanding negara di kawasan. Sektor pertanian 2022 tumbuh 2,25% pernah menjadi bantalan resesi ekonomi selama pandemic Covid-19, tapi bukan andalan pengentasan kemiskinan dan pembangunan manusia.

Teori Malthus menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung. Hal ini menimbulkan risiko disrupsi ekonomi pangan global. Dari mulai permasalahan perubahan iklim, dinamika geopolitik-geostrategi global, kebijakan biofuel dan perang dagang, disrupsi pasca-pandemi belum normal, pola preferensi konsumen pangan, inflasi tinggi dan respon negara maju berakibat buruk. Oleh karena itu pertumbuhan pertanian butuh inovasi. Menurut Burhanul, Inovasi adalah temuan yang diadopsi yang berkaitan dengan kebijakan, insentif dan konteks masa depan. Kelemahan petani kita masih sulit untuk berinovasi karena berhubungan dengan selera masyarakat.  Konsep pertanian masa depan yaitu kecil tapi cerdas. Petani bekerja dengan menggunakan IT. Petani bisa mengontrol pertaniannya dari jarak jauh menggunakan jaringan wifi yang dirancang sedemikian rupa hanya melalui ujung jari.

Setelah pemaparan materi oleh narasumber berakhir, sesi selanjutnya adalah diskusi antara narasumber dengan peserta. Seluruh peserta dapat menanyakan tentang apapun yang terkait dengan materi dan pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab secara mendetail oleh narasumber. Pada kesempatan tersebut, terlihat bahwa para peserta dosen dan mahasiswa sangat antusias untuk melakukan diskusi dengan narasumber. Hal tersebut menunjukkan bahwa materi yang diberikan oleh narasumber cukup memotivasi para peserta. Tidak lupa narasumber membagi-bagikan buku karangannya bagi penanya maupun bagi peserta yang mampu menjawab pertanyaannya.

Penulis : Rachmi Nurhardini, Editor : Ahmadi (Humas Faperta)