Benchmarking Senat Fakultas ke Universitas Udayana: Mencari Inspirasi Pengembangan Fakultas

Senat Fakultas Pertanian Universitas Tidar melakukan benchmarking ke pulau dewata. Tujuan 20 anggota senat Faperta ini adalah ke Universitas Udayana dan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Bali Kementerian Pertanian. Kunjungan tersebut dilaksanakan pada awal bulan ini yaitu tanggal 2-3 Desember 2024.

Apa tujuan mereka? Mendalami dan mempelajari bagaimana sebuah fakultas bisa mengelola dan menjalankan peran senatnya dengan efektif. Tapi, apa sebenarnya yang dibahas? Mari kita kupas sedikit demi sedikit.

Dalam kunjungan ini, anggota senat dibagi ke dalam tiga komisi utama, yaitu:

1. Komisi Pengembangan Akademik – Fokus pada pertimbangan dan pengembangan kegiatan akademik.

2. Komisi Pengembangan Sumber Daya – Bertugas untuk memastikan sumber daya fakultas digunakan dan dikembangkan secara maksimal.

3. Komisi Etika Akademik – Mengawasi nilai-nilai dan aturan akademik tetap berjalan sesuai dengan standar.

Tiga komisi ini sebenarnya sudah ada di Faperta Universitas Tidar. Namun, sejauh mana efektivitas kerja mereka? Nah, itulah salah satu alasan mengapa kunjungan ini penting.

Kunjungan ini punya tiga tujuan utama:

Fungsi Penetapan, di sini, mereka ingin memastikan bahwa segala aktivitas akademik di fakultas memiliki pijakan yang jelas. Dalam konteks ini, Road Map dan Rencana Induk Pengembangan Fakultas (RIPF) menjadi landasan penting.

Fungsi Pengawasan, Sudah sejauh mana roadmap yang telah disusun? Apakah implementasinya sesuai dengan rencana? Atau malah ada yang melenceng? dan Efektivitas Kerja Komisi, Apakah pembagian kerja komisi sudah berjalan dengan baik? Atau justru terlalu fleksibel hingga tidak tegas siapa mengurus apa?

Salah satu hal yang dibahas selama benchmarking adalah fleksibilitas kerja antar komisi. Terkadang, aktivitas komisi-komisi ini tidak tegas atau spesifik. Mereka baru benar-benar bekerja ketika ada dokumen atau tugas yang harus ditangani. Alhasil, distribusi kerja sering kali hanya disesuaikan dengan kebutuhan sesaat, bukan perencanaan jangka panjang yang jelas.

Selama diskusi, Universitas Udayana berbagi pengalaman tentang cara mereka mengelola senat fakultas antara lain, membuat pembagian tugas yang lebih spesifik untuk setiap komisi, mengadakan rapat reguler untuk memantau implementasi roadmap, melibatkan semua anggota senat dalam penyusunan kebijakan agar lebih partisipatif.

Benchmarking ini bukan sekadar kunjungan formalitas. Ada banyak bahan refleksi yang didapat, terutama soal bagaimana fungsi senat sebagai pengawas dan perencana bisa lebih dioptimalkan.

Beberapa catatan penting yang bisa diambil adalah pentingnya memiliki dokumen acuan yang solid seperti RIPF. Tanpa dokumen ini, roadmap pengembangan fakultas akan sulit dijalankan. Distribusi kerja harus lebih jelas. Masing-masing komisi perlu memiliki tugas tetap, bukan hanya tugas dadakan. Kolaborasi antar komisi menjadi kunci, terutama untuk isu-isu yang saling beririsan.

Bali bukan hanya tentang pantai dan pemandangan indah. Di sini, Fakultas Pertanian Universitas Tidar belajar banyak hal tentang bagaimana sebuah senat bisa berfungsi dengan baik. Harapan ke depannya, apa yang dipelajari dari Universitas Udayana bisa diterapkan di Fakultas Pertanian Untidar.

Tentu saja, hasil kunjungan ini tidak akan langsung terlihat. Tapi, jika roadmap, pembagian kerja, dan pengawasan dijalankan dengan konsisten, bukan tidak mungkin Fakultas Pertanian Universitas Tidar akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menjalankan tugas-tugas akademiknya.

Kunjungan selanjutnya ke Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Bali, Kementerian Pertanian. Disana banyak belajar dan menerima informasi tentang standar instrumen pertanian dan hal-hal lainnya yang kemudian bisa diterapkan untuk meningkatkan proses belajar mengajar di kampus.