Kisah Mahasiswa Inspirasi Perjuangan Meraih Masa Depan Wisudawan ke 68 Universitas Tidar

Berbicara soal perjuangan, kisah Annisa Nurul Fadila, gadis kelahiran Semarang ini adalah salah satu yang tak hanya menginspirasi, tapi juga mengajarkan kita tentang arti ketangguhan. Dalam kurun waktu 3 tahun 10 bulan 22 hari, ia berhasil menyelesaikan studi di Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, dengan IPK 3.30. Tapi cerita ini bukan hanya tentang angka, melainkan tentang perjuangan seorang anak manusia melawan badai kehidupan.
Annisa tak pernah memiliki jalan yang mudah untuk sampai di bangku kuliah. Tiga tahun berturut-turut, ia mencoba peruntungan melalui SBMPTN—2018, 2019, dan 2020. Dua kali gagal tidak memadamkan mimpinya. Di tahun kedua kegagalannya, ia mengambil langkah tak biasa dengan bekerja di sebuah perusahaan. Tidak mudah bagi seorang remaja, tapi ia tahu bahwa perjuangan ini penting.
Tabungan yang ia kumpulkan menjadi harapan untuk kuliah. Ayahnya, yang tak mampu membiayai pendidikan lanjutannya, menjadi alasan kuat bagi Annisa untuk berjuang mandiri. Akhirnya, di tahun 2020, perjuangannya membuahkan hasil. Ia diterima di Universitas Tidar melalui SBMPTN, dan berhak atas beasiswa KIP-K yang membantunya hingga akhir studi.
Belum genap tiga bulan ia menikmati kehidupan sebagai mahasiswi, kabar duka datang menghampiri. Ayahnya, figur yang ia cintai, meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Dunia Annisa yang tadinya sudah berat terasa runtuh seketika. Di usia muda, ia harus menggantikan posisi ayah sebagai pemimpin keluarga.
Beban di pundaknya semakin berat. Di tengah kesibukan kuliah, Annisa juga harus mencari penghasilan tambahan untuk menghidupi dua adiknya yang masih kecil, 12 dan 10 tahun. Kehidupan sehari-harinya menjadi perjuangan yang tak ada habisnya.
Namun, ujian hidup belum selesai. Dua tahun setelah kehilangan ayahnya, Annisa dihadapkan pada kenyataan pahit lainnya: ibunya jatuh sakit. Tidak lama berselang, ia harus merelakan kepergian ibunya untuk selamanya. Kehilangan kedua orang tua dalam usia yang masih muda tentu menjadi pukulan berat.
Dengan tanggung jawab penuh atas adik-adiknya, Annisa berusaha melanjutkan hidup. Ia berjuang di tengah keterbatasan, bahkan ketika masalah datang bertubi-tubi.


Kuliah sambil menghidupi keluarga tentu bukan perkara mudah. Annisa tak hanya belajar di kelas, tetapi juga belajar dari kerasnya kehidupan. Dukungan dari dosen-dosen, termasuk pembimbing skripsi Soraya Kusuma Putri, S.T.P., M.Sc., menjadi salah satu pijakan penting dalam perjalanan hidupnya.
Pada hari wisuda Sabtu, 30 November 2024 Soraya dengan penuh haru menggantikan orang tua Annisa sebagai wali. Momen ini bukan sekadar formalitas, tetapi simbol dari betapa jauh perjalanan Annisa hingga akhirnya ia berdiri di podium kelulusan.
Kisah Annisa adalah bukti bahwa tidak ada badai yang terlalu besar untuk dihadapi jika kita memiliki tekad kuat. Dari perjuangan mencari bangku kuliah, menghadapi kehilangan orang tua, hingga memikul tanggung jawab keluarga di usia muda, Annisa membuktikan bahwa mimpi bisa diraih meski dalam kondisi yang serba sulit.
Ia menyelesaikan perjalanan studinya dengan membawa dua pesan besar “Keajaiban datang kepada mereka yang tak pernah menyerah” serta “Pendidikan adalah kunci, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan generasi mendatang”.
Semoga perjalanan Annisa menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa hidup memang tidak mudah, tetapi selalu ada alasan untuk terus melangkah.