Webinar Kuliah Tamu dan Pakar: Permasalahan dan Trend Terkini di Bidang Makanan dan Gizi
Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang ke-64 pada tanggal 25 Januari 2024, Program Studi Gizi Fakultas Pertanian Universitas Tidar mengadakan webinar kuliah tamu dan pakar dengan tema “Permasalahan dan Trend Terkini di Bidang Makanan dan Gizi”. Webinar ini bertujuan untuk memberikan informasi dan wawasan terbaru tentang isu-isu yang berkaitan dengan makanan dan gizi di Indonesia, serta bagaimana cara mengatasi dan mengantisipasi permasalahan tersebut.
Webinar ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan topik webinar. Webinar ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS yang merupakan Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia, organisasi profesi gizi yang beranggotakan para ahli gizi, praktisi gizi, dan akademisi gizi di Indonesia. Beliau juga merupakan Guru Besar Tetap Ilmu Gizi dan menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Beliau memiliki pengalaman dan keahlian yang luas di bidang makanan dan gizi, terutama dalam hal penelitian, pengembangan, dan pemberdayaan masyarakat.
Webinar ini berlangsung secara daring melalui zoom pada hari Senin, 29 Januari 2024. Webinar ini berisi paparan dan diskusi tentang beberapa permasalahan dan trend terkini di bidang makanan dan gizi, antara lain:
– Kurangnya asupan beberapa mikronutrien penting, seperti vitamin B, magnesium, kalium, kalsium, vitamin D, asam folat, dan vitamin B12, yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti anemia, osteoporosis, hipertensi, dan penurunan fungsi kognitif. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat yang cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan olahan, cepat saji, dan tinggi kalori, gula, garam, dan lemak, serta kurang mengonsumsi makanan segar, alami, dan beragam, terutama sayur dan buah.
– Masalah kegemukan dan obesitas yang semakin meningkat di Indonesia, baik pada anak-anak maupun dewasa, yang berisiko menyebabkan penyakit tidak menular, seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi, serta faktor-faktor lain seperti genetik, lingkungan, dan gaya hidup.
– Dampak negatif dari produksi dan konsumsi makanan terhadap lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca, kerusakan lahan, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pencemaran air dan udara. Hal ini disebabkan oleh penggunaan sumber daya alam yang tidak efisien dan berkelanjutan, serta pola konsumsi yang tidak ramah lingkungan, seperti makanan yang intensif pemeliharaan tinggi atau penghasil daging, seperti sapi, kambing, dan ayam.
Untuk mengatasi dan mengantisipasi permasalahan di bidang makanan dan gizi, narasumber memberikan beberapa respon yang harus dilakukan, antara lain:
– Meningkatkan kapasitas kita untuk turut serta dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor makanan, dengan cara memilih makanan yang lebih ramah lingkungan, seperti makanan nabati, makanan organik, makanan lokal, dan makanan musiman, serta menghindari makanan yang intensif pemeliharaan tinggi atau penghasil daging, seperti sapi, kambing, dan ayam.
– Menerapkan pola gizi seimbang dalam 2/3 piring kita, dengan cara mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi, dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Pola gizi seimbang terdiri dari 4 kelompok makanan pokok, yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan sayur buah. Karbohidrat sebaiknya berasal dari sumber yang kompleks dan rendah glikemik, seperti gandum, jagung, dan ubi. Protein sebaiknya berasal dari sumber yang rendah lemak dan kolesterol, seperti ikan, telur, dan kacang-kacangan. Lemak sebaiknya berasal dari sumber yang mengandung lemak baik, seperti minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan. Sayur dan buah sebaiknya berasal dari sumber yang berwarna-warni dan kaya serat, vitamin, mineral, dan antioksidan, seperti bayam, wortel, tomat, jeruk, dan apel.
– Menerapkan konsep keberlanjutan dalam produksi dan konsumsi makanan, dengan cara meminimalkan waste food (makanan yang dibuang karena tidak dimakan), meminimalkan food loss (makanan yang hilang atau rusak sebelum mencapai konsumen), mengubah pola makan yang lebih sehat dan ramah lingkungan, mempromosikan pengganti daging yang lebih efisien dan bermanfaat, seperti jamur, tempe, dan tahu, serta meningkatkan hasil panen dengan cara yang lebih produktif dan berkelanjutan, seperti pertanian organik, hidroponik, dan vertikal.
– Meningkatkan literasi gizi bagi generasi Z sebagai personal branding dan sebagai pengembangan bisnis digital untuk nutripreneur.
Webinar ini juga menyampaikan beberapa potensi dan trend kedepan di bidang makanan dan gizi, antara lain:
– Potensi pasar untuk healthy diet lebih besar dibandingkan negara lain berdasarkan IRIS multi country study, global eating, drinking and sustainability survey, yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat kesadaran dan minat yang rendah terhadap makanan yang sehat, alami, dan berkelanjutan, serta dibandingkan membayar lebih untuk mendapatkan makanan tersebut.
– Trend kombinasi gizi dengan dunia herbal, yang menawarkan peluang untuk mengembangkan produk makanan dan minuman yang memiliki kandungan gizi dan fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti teh, kopi, madu, jahe, kunyit, dan sebagainya.
– Trend inovasi produk makanan dan minuman yang sesuai dengan gaya hidup dan preferensi konsumen, seperti produk yang bebas gluten, vegan, vegetarian, halal, organik, dan sebagainya.
Webinar ini ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara narasumber dan peserta webinar, yang membahas berbagai topik dan pertanyaan terkait dengan makanan dan gizi. Webinar ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi para peserta untuk menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan beragam, serta berkontribusi dalam pembangunan gizi untuk Indonesia maju.
Penulis : Yusnia Diniari, A.Md