Segar, Sehat, dan Sarat Makna: D3 Farmasi Untidar Rayakan Hari Jamu Nasional dengan Cara Unik

Kadang, kearifan lokal hadir bukan hanya sebagai simbol budaya, tapi juga sebagai solusi kesehatan yang masih relevan hingga kini. Dan itulah yang coba dihidupkan kembali oleh Program Studi D3 Farmasi Fakultas Pertanian (FAPERTA) Universitas Tidar saat menyambut Hari Jamu Nasional pada 27 Mei lalu.

Mengusung tema “Sehat Alami dengan Warisan Tradisi”, kegiatan ini bukan sekadar seremoni. Ada pesan kuat yang ingin disampaikan: bahwa gaya hidup sehat bisa dimulai dari yang sederhana, dari sesuatu yang telah diwariskan leluhur—jamu.

Acara digelar di selasar lobi lantai 1 Gedung Kuliah Terpadu FAPERTA. Lokasinya strategis dan terbuka, memungkinkan mahasiswa dan dosen yang lalu lalang untuk ikut mencicipi kesegaran jamu tanpa harus meninggalkan rutinitasnya.

Yang menarik, acara ini dirancang oleh mahasiswa sendiri, tepatnya oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi (HIMAFAR) dengan pendampingan dari dosen pembimbing, Suzan Astyamalia, S.Farm., M.Pharm.Sc. Jadi, selain soal tradisi, kegiatan ini juga jadi ruang belajar langsung bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka tentang formulasi herbal dan pelayanan kefarmasian.

Tidak hanya satu, tiga jenis jamu tradisional dibagikan kepada dosen, tenaga kependidikan, dan seluruh mahasiswa FAPERTA:

Beras Kencur: manis, segar, dan dipercaya dapat meningkatkan stamina.

Kunyit Asam: kaya akan antioksidan dan dikenal membantu meredakan nyeri haid serta menyehatkan pencernaan.

Aserehe: racikan unik berisi Asem, Lemon, Sereh, dan Jahe. Kombinasi rasa asam dan hangat yang memberi sensasi menenangkan sekaligus menyegarkan.

Bagi sebagian orang, jamu mungkin hanya sekadar minuman herbal. Tapi bagi bangsa ini, jamu adalah bagian dari identitas. Ia adalah bagian dari cara hidup yang mengedepankan harmoni antara tubuh dan alam.

Dengan membagikan jamu ke sivitas akademika, acara ini seolah ingin berkata: “Kita punya warisan yang berharga—mengapa tidak kita rawat dan hidupkan kembali?”

Di era modern yang serba instan, kegiatan seperti ini mengingatkan kita bahwa kesehatan bisa dimulai dari hal-hal sederhana, alami, dan berbasis budaya.

Apa yang dilakukan oleh D3 Farmasi FAPERTA Untidar ini mungkin tampak kecil—sebatas membagi jamu dalam gelas plastik. Tapi bila dipikir lebih jauh, inilah bentuk edukasi paling efektif: lewat pengalaman langsung.

Hari Jamu Nasional bukan sekadar ajang nostalgia. Ini momentum untuk membuktikan bahwa ramuan tradisional bisa tetap relevan di era sains modern. Dan langkah kecil dari D3 Farmasi Untidar ini adalah bukti nyata bahwa semangat itu belum padam.

Mungkin kelak, dari selasar FAPERTA ini, lahir para tenaga kefarmasian yang tak hanya mahir soal obat sintetik, tapi juga percaya dan paham potensi besar dari jamu—warisan nenek moyang yang patut dijaga, dikembangkan, dan dibanggakan.

Penulis : Yusnia Diniari