Laporan Khusus FIND4S DI BELGIA; Kegiatan Hari ke-8 (hari terakhir)

Ghent, Belgia – Kamis, 22 Mei 2025 – Delegasi Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Tidar (UNTIDAR) melanjutkan rangkaian kegiatan FIND4S Study Visit hari terakhir di KU Leuven, Ghent, Belgia. Kegiatan ini merupakan bagian dari program konsorsium internasional FIND4S (Food and Nutrition Development for Sustainable Society) yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas perguruan tinggi Indonesia dalam sistem pangan berkelanjutan. Proyek FIND4S sendiri didukung oleh pendanaan dari Erasmus+ Uni Eropa, dan melibatkan konsorsium 11 perguruan tinggi, terdiri dari tujuh universitas di Indonesia serta empat mitra dari Eropa. Universitas tersebut adalah Katholieke Universiteit (KU) Leuven, University College Dublin (UCD), University of Applied Sciences Anhalt, Católica Portuguesa (UCP), Universitas DIponegoro (UNDIP), Universitas Tidar (UNTIDAR). Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), Universitas Nasional Karang Turi (UNKARTUR) Semarang, Universitas Semarang (USM), Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), dan Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan kapasitas pendidikan tinggi di bidang sistem pangan berkelanjutan berbasis data, serta memperkuat jejaring kolaborasi antara akademisi, peneliti, dan industri
Workshop hari terakhir diawali dengan pemaparan oleh Huabin Luo (Ph.D. Reasercher Biotec+ Team) tentang “Cheese Ripening Predictive Modelling”, kemudian dilanjukan pemaparan oleh Simen Akkermans, Ph.D. (Ph.D. Researcher Biotec+ Team) tentang “Predictive Microbiology”. Terakhir dilakukan Farewell Lunch oleh seluruh tim FIND4S (baik dari konsorsium Indonesia maupun Eropa).
Cheese ripening predictive modelling adalah pendekatan berbasis data yang menggunakan algoritma untuk memprediksi bagaimana proses pematangan keju akan berlangsung berdasarkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Proses pematangan keju adalah kombinasi dari perubahan biokimia, fisik, dan mikrobiologis yang terjadi seiring waktu, dan faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, pH, dan jenis bakteri sangat mempengaruhi hasil akhir keju. “Cheese ripening predictive modelling tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam proses pematangan keju, tetapi juga memainkan peran penting dalam mendukung keberlanjutan pangan. Dengan mengoptimalkan proses produksi, mengurangi limbah, dan menghemat sumber daya, teknologi ini memberikan peluang besar untuk menciptakan sistem produksi pangan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sebagai bagian dari upaya global menuju keberlanjutan, teknologi seperti ini akan terus memainkan peran kunci dalam menciptakan solusi untuk tantangan-tantangan besar di industri pangan” ujar Iqbal.
Predictive microbiology adalah bidang yang menggunakan model matematika dan statistik untuk memprediksi perilaku mikroorganisme dalam berbagai kondisi lingkungan. Dengan memanfaatkan data tentang suhu, kelembaban, pH, dan faktor lainnya, para ilmuwan dan produsen dapat memprediksi bagaimana mikroorganisme akan berkembang biak dan mempengaruhi kualitas produk pangan. Aplikasi dari pendekatan ini sangat relevan dengan keberlanjutan pangan, karena dapat membantu mengurangi pemborosan, meningkatkan keamanan pangan, dan mendukung praktik produksi yang lebih efisien. “Predictive microbiology adalah alat yang sangat berguna dalam industri pangan yang mendukung keberlanjutan dengan meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi pemborosan pangan, dan meminimalkan penggunaan bahan kimia. Dengan menggunakan pendekatan berbasis data ini, produsen dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang kondisi penyimpanan, pengolahan, dan distribusi produk pangan, sehingga menciptakan sistem produksi yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan pangan global, predictive microbiology akan terus memainkan peran kunci dalam membantu industri pangan beradaptasi dengan tantangan baru dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan” ujar Bayu.
Kegiatan farewell lunch sejatinya adalah kegiaatan makan siang bersama sambil saling memberikan kesan dan pesan (feedback). “salah satu kesan yang bisa kami ambil dari para Professor partner kami dari konsorsium Eropa antara lain adalah 1) jangan pernah membandingkan kondisi dan situasi kalian dengan kami (Eropa) atau yang lain, karena tidak akan pernah bisa dibandingkan. Tetapi ambilah pelajaran atau pengalaman dari kami yang bisa bermanfaat untuk kalian bahkan mempercepat pertumbuhan kalian, 2) Memang penting untuk memberikan ilmu atau pengalaman bagi mahasiswa (students) agar mereka memiliki keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan relevan bagi dunia kerja dan usaha. Tetapi, jangan terburu-buru untuk mengaplikasikan atau mengimplementasikan ilmu yang kalian miliki kepada mahasiswa (students) kalian. Lebih baik kuatkan ilmu-ilmu dasar (fundamental) dahulu, kalau sudah kuat kalian akan bisa memberikan ilmu terapan atau yang lebih spesifik. Terakhir, 3) kalau kalian ingin mengajarkan ilmu kepada mahasiswa (students) kalian, kalian harus memahami 100% apa yang kalian ajarkan, Kalau tidak, mahasiswa kalian akan merasa kebingungan dan ilmu yang ingin kalian beri tidak akan sampai. Suatu saat, kalian adalah Professor di institusi kalian masing-masing, maka kalian harus serius dan sungguh-sungguh demi masa depan mahasiswa (students) kalian.
Kegiatan Study Visit Day Last Day ini membuat Program Studi S1 Teknologi Pangan UNTIDAR semakin bertekad untuk mengembangkan diri (baik dosen maupun mahasiswa) agar dapat menjaga pangan berkelanjutan (food sustainability) di Indonesia.