Kuliah Umum Nutrisi Ikan Dengan Narasumber dari DTU-Technical University of Denmark

Program Studi S1 Akuakultur Universitas Tidar mengadaakan Kuliah Umum Nutrisi ikan “Fish Nutrition and Alternative Aquafeed Ingredient” dengan tema Tema : Aquafeed ingredient, nutrient evaluation, and future development of local aquafeed ingredient di ruang Kuliah LR Kampus Sidotopo, pada Kamis (15/05/2025).
Peserta kuliah umum ini adalah Mahasiswa akuakultur semester 4, Asisten praktikum, dan dosen-dosen prodi akuakultur dan menghadirkan narasumber Kylian Manon Eggink, Ph.D. Post-Doctoral Researcher, DTU-Technical University of Denmark. Kuliah umum ini dilakukan online melalui zoom meeting dengan moderator Muh. Azril, M.Sc. Dosen mata kuliah Nutrisi Ikan, Prodi Akuakultur.
Materi yang dibahas, yaitu:
- Bahan Baku Pakan Akuakultur
Pakan akuakultur dibedakan dari pakan hewan darat karena harus disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan serta lingkungan air. Nutrien utama dalam pakan ikan meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Kebutuhan dan rasio nutrien dalam pakan sangat tergantung pada tahap hidup ikan, spesies, serta suhu lingkungan. Selain itu, jenis pakan juga dibedakan menjadi pakan basah dan kering, yang masing-masing memiliki metode pengolahan dan kegunaan spesifik.
Komponen bahan baku dikelompokkan berdasarkan fungsinya (seperti sumber protein, lipid, dan karbohidrat) maupun berdasarkan asalnya (hewani atau nabati).
- Sumber protein hewani meliputi fishmeal, shrimp meal, dan blood meal, sedangkan sumber protein nabati di antaranya soybean meal dan corn gluten meal.
- Sumber lipid berasal dari hewan seperti fish oil dan poultry oil, serta dari tumbuhan seperti soybean oil dan rapeseed oil.
- Sumber karbohidrat seperti tepung gandum dan tapioka juga dievaluasi berdasarkan harga, kecernaan, dan perilaku saat proses ekstrusi.
- Evaluasi Nutrien
Suatu bahan baku dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ikan tertentu pada tahap hidup tertentu. Evaluasi nutrient dapat dilakukan melalui metode in vitro (pengujian laboratorium menggunakan enzim) dan in vivo (eksperimen langsung pada ikan). Tingkat kecernaan nutrien sangat dipengaruhi oleh metode pengumpulan feses, spesies ikan, suhu air, jenis bahan baku, serta keberadaan senyawa anti-nutrisi seperti trypsin inhibitor. Selain data kecernaan, uji performa pertumbuhan juga penting, termasuk rasio konversi pakan (FCR), retensi protein, dan laju pertumbuhan spesifik (SGR).
- Pengembangan Masa Depan Bahan Pakan Lokal
Adanya pengembangan bahan baku lokal di masa depan. Dalam rangka meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi biaya, berbagai alternatif bahan pakan digunakan seperti, pemanfaatan organisme sel tunggal seperti mikroalga dan ragi, limbah pertanian dan produk sampingan seperti bungkil rapeseed dan limbah bir, dan sumber laut yang belum dimanfaatkan. Selain itu, serangga seperti larva BSF juga bisa menjadi bahan penting. Pemilihan bahan baku masa depan, beberapa aspek penting yang dipertimbangkan adalah (harga, ketersediaan jangka panjang, daya cerna, kandungan anti-nutrisi, rasa yang disukai ikan (palatabilitas), serta keamanan bahan dari kontaminasi).


Dalam sesi Pertanyaan terdapat 2 Pertanyaan, yaitu:
- Mengenai adanya perbedaan kecernaan antar spesies dan tahap pertumbuhan ikan dan juga menyebutkan bahwa kecernaan bervariasi antar spesies dan tahap hidup. Bagaimana kita menyesuaikan formulasi pakan secara praktis dalam sistem budidaya multispesies? Saya rasa hal ini sangat relevan, terutama di daerah dimana petambak membudidayakan lebih dari satu jenis ikan secara bersamaan.
Jawaban: Langkah pertaman yang dilakukan mengenali kebutuhan nutrisi setiap spesies yang akan dibudidaya, dengan jenis pakan, kemudian mengkombinasi bahan baku pakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing spesies, Strategi lainnya dapat diperhatikan tentang sistem pemberikan pakan dan cara antar spesies dalam perilaku makan ikan.
- Mengapa formulasi pakan universal tidak dapat diterapkan disemua spesies budidaya perairan dan apa saja faktor biologis atau lingkungan yang mempengaruhi formulasi pakan?
Jawaban: Formulasi pakan tidak dapat diterapkan pada semua spesies budidaya perairan karena setiap spesies memiliki kebutuhan nutrisi, perilaku makan, dan fisiologi pencernaan yang berbeda. Selain itu, tingkat metabolisme, sistem pencernaan juga berbeda setiap spesies. Adanya beberapa faktor seperti faktor biologis pada tahapan pertumbuhan (larva, benih, ikan dewasa), ukuran tubuh, dan kebutuhan fisiologis seperti reproduksi atau pemulihan dari stress juga berpengaruh terhadap formulasi pakan.