Dua Dosen Gizi Untidar Ikuti Pelatihan Intensif Peningkatan Kompetensi Konselor PMBA
Yogyakarta, 16 Juli 2024 – Dunia gizi dan kesehatan semakin kompleks, menuntut para ahli di bidang ini untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, dua dosen gizi dari Universitas Tidar, Rizka Qurrota A’yun, S.Gz., M.P.H dan Netta Meridianti Putri, S.Gz., M.Si., secara aktif mengikuti Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang diselenggarakan oleh LDP Gizi Svashta Harena pada tanggal 13 – 16 Juli 2024.
Pelatihan intensif selama 31 jam yang berlangsung di Hotel Top Malioboro, Yogyakarta, ini menjadi wadah bagi para peserta untuk mendalami berbagai aspek penting dalam konseling PMBA. Dengan kurikulum yang disesuaikan dengan standar Kementerian Kesehatan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan konseling gizi di Indonesia, khususnya dalam konteks pemberian makan bayi dan anak. Nantinya kedua Dosen tersebut resmi menjadi konselor PMBA dan sudah tersertifikasi.
Mengapa Konseling PMBA Penting?
Pemberian makan bayi dan anak merupakan salah satu aspek krusial dalam tumbuh kembang anak. Praktik pemberian makan yang tepat sejak dini dapat mencegah berbagai masalah kesehatan pada masa kanak-kanak dan dewasa. Namun, banyak orang tua masih menghadapi tantangan dalam menentukan makanan yang tepat dan memberikannya dengan cara yang benar.
Konselor PMBA berperan penting dalam memberikan dukungan dan informasi yang akurat kepada orang tua. Dengan keterampilan konseling yang memadai, konselor dapat membantu orang tua mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemberian makan bayi dan anak, seperti kesulitan menyusui, pemilihan makanan pendamping ASI, dan penanganan picky eater.
Pelatihan konseling PMBA yang diikuti oleh Rizka dan Netta mencakup materi yang sangat komprehensif dan relevan dengan praktik konseling sehari-hari. Beberapa materi yang dibahas antara lain dasar-dasar Gizi dengan memahami kebutuhan nutrisi bayi dan anak pada setiap tahap pertumbuhan, serta pentingnya ASI eksklusif. Menguasai berbagai teknik komunikasi yang efektif untuk memberikan informasi dan dukungan kepada orang tua. Memilih makanan yang bergizi dan aman untuk bayi dan anak, serta cara memperkenalkan makanan baru. Memahami pentingnya memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur, serta tanda-tanda gangguan pertumbuhan. Mengatasi masalah-masalah umum yang sering dihadapi oleh orang tua, seperti kesulitan menyusui, picky eater, dan obesitas pada anak.
Selain materi yang padat, metode pelatihan yang digunakan juga sangat menarik dan interaktif. Peserta tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi juga terlibat dalam berbagai aktivitas seperti diskusi kelompok, studi kasus, role-play, dan praktik langsung dengan probandus. Metode pelatihan yang bervariasi ini membuat peserta lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Dengan mengikuti pelatihan ini, Rizka dan Netta diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan konseling gizi yang mereka berikan. Beberapa dampak positif yang dapat diharapkan antara lain:
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan: Kedua dosen dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan dalam memberikan konseling kepada mahasiswa, ibu hamil, dan ibu menyusui.
- Meningkatkan kualitas layanan konseling di kampus: Mahasiswa gizi di Universitas Tidar akan mendapatkan layanan konseling yang lebih berkualitas.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi: Melalui kegiatan penyuluhan dan edukasi, Rizka dan Netta dapat membantu masyarakat memahami pentingnya gizi untuk tumbuh kembang anak.
Meskipun pelatihan ini telah memberikan bekal yang sangat berharga, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas gizi anak Indonesia. Beberapa di antaranya adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi, keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, dan kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih di bidang gizi.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat banyak peluang yang dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah dengan memperkuat kerja sama antara perguruan tinggi, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat. Selain itu, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat menjadi salah satu solusi untuk memperluas akses masyarakat terhadap informasi tentang gizi dan kesehatan.
Penulis : Yusnia Diniari